Innalillahi
wa innailaihi roji’un, itulah yg saya bisa ungkapkan setiap saya baca status
teman – teman saya di salah satu jejaring sosial. Sedih rasanya kalau membaca
status – status yang semacam itu. Belum begitu lama saya bergabung dengan
salah satu jejaring sosial yang sempat membikin heboh dunia, sampai – sampai
kisah kemunculannya ada yang memfilmkan, sering saya dapati status yang membuat
hati ini sedih bahkan lebih kepada kekhawatiran saya terhadap teman – teman
saya. Dari tadi kok nyebut status dan status, emang status yang macam apa sih
yang mengkhawatirkan?
Ok. Pernah teman – teman mendapati
teman anda mengupdate status seperti ini :
- Ah terbangun jam 2 malam, saatnya wudhu dan curhat ma Allah
- Alhamdulillah akhirnya buka juga, semoga puasa hari ini mendapat barokah
- hhmmm, jam – jam segini hanya adzan magrib yg saya nanti – nanti, selamat berbuka
- wah lemes banget hari ini, udah tadi ga sahur lagi
- pengajiannya sedang menarik menariknya nih, tapi kok ngantuk ya
- siap – siap sholat jum’at ah, biar dapat unta
- akhirnya saya selesai juga melahap juz 30
- rasanya damai setelah sholat tahajjud
Dan
masih banyak lagi status – status yang sejenisnya. Masya Allah. Saya yakin
teman – teman pernah mendapati status – status yang semacam itu, atau mungkin
malah pernah menjadi pelaku..hihihihi.. Cobalah teman – teman kembali renungi
dan resapi dari status – status yang saya contohkan di atas. Kira – kira ada
yang salah ga sih?
Bukankah
syarat paling utama suatu amalan diterima disisi Allah Subhanahuwata’ala adalah
ikhlas? Maka tanpa rasa ikhlas amalan seseorang akan menjadi sia – sia
pahala yang kita harapkan akhirnya terbang melayang begitu saja. Begitulah
syaitan tiada henti – hentinya menyusun skenarion untuk menyerang dan menggoda
manusia, mereka berusaha memalingkan dan menjauhkan kita dari keikhlasan salah
satu contohnya adalah melaluli pintu riya’ yang banyak tidak disadari oleh
kita. Riya’ adalah melakukan sesuatu amalan agar orang lain bisa melihatnya
kemudian memuji dirinya, dan termasuk juga dalam riya’ adalah sum’ah yaitu
melakukan suatu amalan agar orang lain mendengar apa yang kita lakukan,
sehingga pujian dan ketenaran pun datang. Bahaya riya’ bisa menjangkiti siapa
saja bahkan orang alim pun tak luput dari serangannya. Begitu hebatnya
bahaya riya’ ini membuat Nabi shalallahu ‘alaihi wa sallam khawatir atasnya, beliau
bersabda
“Sesuatu yang aku khawatirkan menimpa kalian adalah perbuatan syirik asghar”. Ketika beliau ditanya tentang maksudnya, beliau menjawab “(contohnya) adalah riya’”
Bahkan bahaya riya’ ini lebih
berbahaya dari fitnah dajjal, seperti sabda beliau Rasulallah, “Maukah kamu
kuberitahu tentang sesuatu yang menurutku lebih aku khawatirkan terhadap kalian
daripada fitnah al masih ad dajjal?” Para sahabat berkata, “Tentu saja”. Beliau
bersabda,
“Syirik khafi (tersembunyi), yaitu ketika seorang berdiri mengerjakan sholat, dia perbagus sholatnya karena mengetahui ada orang lain yan gmemperhatikannya”.
Suhanallah..
ayo teman – teman kita cek kembali apa tujuan kita menuliskan status – status
semacam itu? Ingin pujiankah kita dari manusia? Haus ketenaran kah kita
dari amal yang kita perbuat? Kebanggaaan dirikah ketika berhasil mendapat
sanjungan atas amal yang kita lakukan? Atau ingin memperlihatkan bahwa kita ini
seorang yang rajin ibadah? Innalillahi wa inna ilaihi roji’un. Tidakkah
kita sadari bahwa apa yang kita sampaikan melalui status yang kita tuliskan
bisa menghilangkan keikhlasan ibadah kita kepada Allah subhanahuwa ta’ala,
karena kita termotivasi untuk lebih meningkatkan ibadah kita bukan karena Allah
semata melainkan dari komentar pujian sanjungan atas status yang kita tuliskan.
Bukankan amal kebaikan yang kita lakukan semata - mata hanya untuk
mendapatkan ridho Allah?
Marilah
teman – teman kita renungi kembali apa – apa yang telah kita ucapkan melalui
status yang kita tuliskan, tentunya kita tidak ingin kehilangan pahala yang
telah kita niatkan sebelumnya bukan?
Pernah
dulu saya mendengar pendapat dari salah satu seorang psikolog menanggapi
mengenai tren jejaring sosial di Indonesia ini, kenapa selalu ramai. Salah satu
faktor adalah watak dari manusia yang menginginkan sebuah pengakuan, nah
dengan adanya jejaring sosial ini menjadi salah satu ruang untuk menunjukkan
siapa kita. Namun alangkah meruginya kita sebagai muslim kalau media ini
akhirnya menjerumuskan kita pada keburukan, dengan cara memamerkan amal – amal
ibadah kita baik secara tersirat maupun tersurat. Wahai saudaraku aku menulis
mengenai ini bukan karena aku pun orang yang paling bersih, bisa jadi ilmu
teman – teman lebih tinggi dari saya. Tapi bukankah sesama muslim itu harus
saling mengingatkan saling menasehati dalam kebaikan. Bukankah rasulullah
mengatakan
“Barangsiapa yang tidak memperhatikan urusan kaum muslimin maka bukan termasuk mereka?”
Maka
teguran saya ini adalah bentuk rasa sayang saya bentuk perhatian saya
terhadap kalian, saya tidak ingin teman – teman terjebak dalam perangkap setan
yang tidak pernah kita sadari.
Maka
tidak salah jika saya bersuudzon kepada kaum kafir yang tidak henti –
henti nya membuat makar agar kaum ini (islam) menajdi hancur berantakan oleh
dirinya sendiri, mereka tahu tidak bisa lagi melawan umat muslim yang begitu
banyak dengan cara fisik. Mereka menyerang kita dengan makar – makar yang
mereka buat. Bisa jadi jejaring sosial adalah salah grand desain mereka, jika
itu menjadi tujuan mereka. Bukankah telah berhasil mereka merusak akhlak kaum
muslimin, seperti yang saya contohkan di atas, seperti fitnah – fitnah yang
dilancarkan melalui media ini bahkan ghibah pun telah menjadi suatu yang biasa.
Padahal dosa – dosa atasnya tidaklah dosa yang ringan.
Oleh
itulah teman – temanku tentunya kita bisa lebih bijak lagi memanfaatkan media
ini. Biarlah amal kebaikan, ibadah yang kita lakukan hanya kita dan Allah
Ta’ala saja yang tahu, tidak perlu kita pamer – pamerkan kalau akhirnya hanya
akan merusak niat tulus kita. Jika kita bisa memahami salah satu sabda rasul,
“Jika saja ada orang yang sejak lahir sampai kematiannya selalu melakukan amal kebaikan dengan penuh keikhlasan maka dia akan menyesal ketika dibangkitkan karena sedikitnya amal yang dilakukan”
Lalu
bagaimana dengan kita? Amal kebaikan yang kita lakukan belum tentu diterima
disisi Allah Azza wajalla, maka jangan kita tambahi dengan perbuatan yang jelas
– jelas bisa membatalkan amalan kita.
Ikhlas adalah satu amalan yang sangat berat. Fitnah
dunia membuat hati ini susah untuk ikhlas. Marilah kita mencoba untuk
merenungkan kembali setiap amalan kita, sudahkah terbebas dari maksud duniawi?
Sudahkah semua murni ikhlas karena Allah Ta’ala? Jangan sampai ibadah yang kita
lakukan siang dan malam menjadi sia – sia tanpa pahala. Urusan ikhlas memang
berat, karena urusan niat dalam hati bukanlah hal yang mudah. Maka benar kata
Sufyan ats Tsauri rahimahullah mengatakan :
“Tidaklah aku berusaha untuk membenahi sesuatu yang lebih berat daripada meluruskan niatku, karena niat itu senantiasa berbolak balik”.
Hanya
kepada Allah lah kita memohon petunjuk dan pertolongan….aamiin
0 comments Blogger 0 Facebook
Post a Comment